Seniorku I Heart You


Ospek Universitas sudah berakhir, tapi aku masih dalam masa penyiksaan. Ya, aku masih harus menjalani Ospek Fakultas. Aku adalah seorang MaBa(Mahasiswa Baru) di salah satu Universitas swasta favorit di kotaku.
Pagi itu aku sudah siap dengan segala atributku. Tiba-tiba terdengar alunan lagu I Heart You milik Sm*sh. Ku rogoh tasku, lagu itu berasal dari HPku. Ku lihat layar yang tertera –Windha-. Ya aku bertemu Windha saat persiapan ospek Universitas. Dialah yang ku ajak menjalani ospek universitas selama tiga hari.
Aku segera mengangkat telpon itu, “Ya Win, knp??”
“Kamu dah mau berangkat? Aku dah nunggu dari tadi nih. Cepetan jemput aku, aku ga mau terlambat!!”, Windha nyeroscos.
“Nih aku udah mau berangkat, tunggu bentar lagi, aku sampe di rumahmu”, aku segera menutup telpon dan berangkat menuju rumah Windha.
15 menit kemudian aku tiba dirumah Windha. Sebenarnya rumahku cukup jauh, hanya untuk saat seperti ini aku harus melaju motorku secepat yang ku bisa. Aku harus berangkat pagi-pagi buta. Aku berangkat jam 05.00.
“Yuk berangkat”, ajak Windha dan buru-buru naik ke motorku.
Tanpa kata aku segera memacu motorku, rumah Windha memang berdekatan dengan kampusku. Tak sampai 5 menit kami sudah sampai di parkiran kampus. Jam tangan ku menunjukkan 5.20. Seniorku sudah berteriak tak karuan. Sepertinya mereka siap untuk membantai adik-adik juniornya.
“Cepetaaann dekkk!!! Ga tau nih dah jam berapa?? Kalian mau dihukum??”, salah seorang senior cewek meneriaki juniornya yang masih berjalan menuju lapangan untuk berbaris.
“Jangan kayak keong jalannya, Cepeeeettttt!!!! Lariiiiiiii!!!!!”,teriak yang satunya.
Ga sakit apa tenggorokannya teriak-teriak gitu, aku bergumam sambil berlari menuju barisan kelompokku.

Hari itu benar-benar sangat melelahkan. Seharian kami harus berbaris di lapangan ditemani sinar matahari yang semakin terik.
Aku tak sengaja mengarahkan pandanganku pada seseorang. Dia menggunakan baju panitia ospek dan berdiri di depan. Aku terpesona melihatnya, keren banget tuh senior, cool, keliatan cuek sih, matanya agak sipit , kataku dalam hati. Bikin cenat-cenut aja.
Senior yang memimpin kelompokku datang menghampiriku pipinya tembem. “Eh kamu, baris yang rapi, mau dihukum??”, katanya dengan galak.
“Ma,,maaf kak”, aku gugup.
“Apa? Kak? Ga ada namanya kakak disini. Sejak kapan aku jadi kakakmu??. Panggil aku SENIOR!”, ia menekankan kata SENIOR.
“Ma,, ma,, maaf senior”, aku kembali menjawabnya.
Aku melihat name tag’nya –RANGGA-. Ya senior yang memimpin kelompokku bernama Rangga.

Hari itu benar-benar jadi hari yang sangat melelehkan, menyebalkan. Kami baru dipulangkan jam 15.00.
“Gilaaa, aku capek banget Ka!!”, Windha memulai pembicaraan saat kita diparkiran kampus.
“Sama, aku juga” aku  menimpali dengan wajah lelah.
Kami dijemur seharian, gimana ga capek. Untungnya ga kena hukuman.

“Ga mampir dulu?”, kata Windha saat kami sampai di depan rumahhnya.
“Ga deh Win, aku langsung pulang aja, pengen istirahat. Belum nyiapin barang bawaan untuk besok. Aku balik yah daa”, aku segera memacu motorku.

Sesampainya dirumah, aku mandi, makan dan kembali mempersiapkan barang-barang yang harus kubawa besok. “Rasanya pengen berhenti disini, baru sehari udah kayak gini, aku ga kuat melewati 3 hari lagi”, aku bicara pada diriku sendiri.
Tiba-tiba aku teringat seseorang. “Ga boleh, aku ga boleh nyerah disini. Aku pasti bisa melewati semua ini. Aku harus bertahan demi kakak senior itu”, aku menguatkan diriku. “EEhh tapi tu senior namanya siapa yah?, keren banget”, aku kembali mengingat sosok senior bermata sipit itu.

Akhirnya aku bisa melewai hari penyiksaan berikutnya, meskipun harus dihukum, dijemur dan ditemani jenis penyiksaan lainnya.

“Besok hari terakhir, aku pasti bisa melewatinya”, aku ngomong sendiri sambil menyemangati diri sendiri.
Saat itu semua mahasisiwa sedang sibuk minta tanda tangan pada senior. Karna kita memang diwajibkan minta tanda tangan senior, agar kita bisa mengenal senior kita.

“Enak banget tuh jadi senior, tinggal bentak-bentak, sekarang di kejar-kejar dimintain tanda tangan, udah kayak artis aja, pingin aku lemparin sepatu dah”, aku bergumam sendiri.
Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang “Kamu protes atas perlakuan kami? Itu semua kami lakuin untuk kebaikan kalian, biar kalian jadi mahasiswa yang disiplin”.
Ternyata senior yang bikin aku terpesona. Aku liat name tag’nya –RAFAEL-.
“Eehh, saya ga maksud gitu senior”, aku menjawab takut-takut.
Setelah ngomong gitu, sang senior cool pergi ninggalin aku yang masih mematung.

“Gooblookkk,, ngapain ngomong gitu disini, bisa kena hukum nih”, aku memukul-mukul kepalaku

Aku ngerasa males buat ikut-ikutan minta tanda tangan tuh senior yang pada sok karna ngerasa jadi artis.
Aku lebih milih istirahat, setelah digojlok ma senior yang ga punya hati.
“Eh, kamu!! Ngapain duduk-duduk disana? Semua temen-temen kamu pada capek-capek nyari tanda tangan senior, kamu malah santai disini. Cepet kembali ke lapangan!!”, suara itu mengagetkanku.
“Saya capek senior”, jawabku spontan. “UUppz”, aku menutup mulutku.
“Kamu mau ngelawan senior??”, kata senior berbehel itu.
“Maaf senior, saya ga maksud..”
“Ikut aku sekarang” dia memotong kata-kataku dan menyeretku menuju lapangan.

Dia memanggil teman-temannya, untuk berkumpul.
“ngapain ngumpulin kita kayak gini?”, Sososk yang ku kenal angkat bicara.
Ka Morgan, pikirku. Dia adalah kakak kelasku sewaktu SMA.
“Nih junior udah berani ngelawan”, senior berbehel itu menjelaskan dengan penuh emosi.
“Dia lagi. Aku juga liat dia tadi ngedumel sendiri ngatain kita”. Senior cuek itu ikut angkat bicara.
“Kita hukum aja dia, ga boleh dibiarin nih anak. Ntar malah jadi provokator Maba yang lain, ntar semua pada ikut ngelawan lagi”, tambahnya.
Ya ampun kok dia jahat banget sih, padahal aku udah mulai suka sama dia.
“C.H.I.K.A”, senior berbehel itu mengeja nama di name tag’ku.
“jadi namamu Chika, maba sok imut”, tambahnya lagi.
 “Ga perlu segitunya, udah terlalu sering nih anak kena hukum, lagian besok udah hari terakhir, ga usah terlalu disiksa, kasian dianya”, ka Morgan berkata dengan bijaknya.
Aku memang langganan kalo dihukum.
“Ga bisa gitu, aku udah emosi banget ma nih anak”, si behel ngomong lagi.
“Sabar bro, bener juga kata Morgan, kasian nih anak mukanya dah lemes gitu”, sekarang senior berpipi tembem yang ngomong.
Aku liat senior berbehel itu mengalah dan melepaskanku. Tapi wajahnya menyiratkan ketidakpuasan. Ekspresi yang sama juga tersirat diwajah senior cuek yang ku suka.
Ka  Morgan memang baik banget ga ada perubahan, masih sama kayak SMA dulu.


Setelah itu, semua Maba dikumpulkan dan masuk ke dalam kelas. Tumben nih di kelas, biasanya dijemur di lapangan.
Seorang senior cewek masuk dan memberi pengumuman. “Besok kita akan melaksanakan baksos, jadi siapkan diri kalian. Dan tugas kalian untuk besok, buat surat cinta dan surat benci masing-masing satu yang ditujukan untuk senior kalian. Surat cinta amplop pink dengan gambar hati berwarna merah. Surat benci amplop kuning dengan gambar bintang berwarna hitam. Harus dituliskan nama senior yang akan kalian kasi suratnya, plus nama  kalian juga. Ngerti??”
“Ngerti”, jawab kami serempak.
“Bagus”, kata senior itu dan pergi keluar kelas dan menuju kelas lain.
Di tiap kelas hanya terdiri dari 2 kelompok. Sedangkan kami secara keseluruhan membentuk 6 kelompok, jadi ada 3 kelas.

Sesampainya dirumah, aku mandi. Aku memikirkan siapa yang akan ku berikan surat cinta dan surat benci. Aku kan ga tau nama senior itu. Gimana nih.
Aku memikirkan surat cinta. “ Ka Rafael, aku suka kakak, tapi kakak jahat ma aku. Atau aku kasi ka Morgan aja ya? Tapi aku ga ada perasaan apapun ke ka Morgan”, aku bingung.
“Surat benci? Aku benci banget ma senior berbehel itu, tapi ga tau namanya, lupa liat name tag’nya lagi. Huuft”, aku makin dilemma.

Akhirnya aku memutuskan surat CINTA untuk ka MORGAN dan surat BENCI untuk ka RAFAEL.
Haahh?? Ka Rafel?? Kan aku suka sama dia, knp malah ngasi surat benci?? Nih gara-gara aku ga tau nama senior berbehel itu. Aduuhhh.
Ya sudahlah, anggap aja Benci itu Benar-Benar Cinta.

Keesokan harinya aku berangkat seperti biasa.
“Akhirnya, penyiksaan akan berakhir”, aku tersenyum.
Di kampus, seperti biasa kami dikumpulkan di lapangan. Untuk segera bersiap ke lokasi baksos.
“Sebelum kita berangkat, keluarkan surat yang sudah kalian buat” kata kakak senior cewek yang kemarin.
Semua senior sudah siap di depan barisan Maba.
“Sekarang kalian kasi surat itu ke senior yang udah kalian pilih. Surat cinta dulu, untuk surat benci kalian simpan dulu”, senior cewek itu menambahkan lagi.
Semua Maba berbaris menuju senior pilihan mereka. Aku menuju Ka Morgan.
Ternyata ka Morgan dapat banyak surat cinta. Dia hanya mengucapkan ‘makasi’ dan melempar senyum manis khasnya.
“Makasi”, katanya saat aku menyerahkan suratku. Aku hanya tersenyum.

Kembali senior cewek itu member aba-aba setelah kami kembali ke barisan. “Sekarang kalian kasi surat benci untuk senior yang udah kalian pilih”

Aku berjalan menuju ka Rafael, dan. .
“Maaf kak”, kata itulah yang terucap dari bibirku. Aku kembali ke barisan.
“Ehh liat, seorang Rafael bisa dapet surat benci, ga salah tuh. Dia kan panitia paling kalem, jarang marah, ternyata ada juga junior yang benci dia”, suara itu adalah suara ka Rangga.
Jujur aku malu banget, semua orang laitin ka Rafael yang masih memegang surat benci dariku. Lalu pandangan mereka tertuju padaku.

“Baca, baca,baca” kata senior berbehel itu yang baru ku ketahui namanya BISMA.
“Sorry, nih privacy . Bukan untuk umum”, ka Rafael masang tampang cool + cuek.
Selameettt, pikirku.

Sesampainya di tempat baksos, aku berpapasan dengan ka Rafael. Aku malu banget karna surat tadi. Kayaaknya salah alamat tuh surat.
“Ehh, kamu Chika kan?”, ka Rafael menghentikan langkahnya.
“I,,I,, iya senior”, kataku gugup.
“Ga usah panggil senior lagi. Panggil Rafael aja”, katanya.
“Maaf, aku ga bisa cuma panggil nama, ka Rafael kan lebih tua. Aku panggil kakak aja ya?”
“Okelah, terserah kamu. Kakak mau kumpul dulu ma panitia lain”
“Iya kak”
Ka Rafael tersenyum dan pergi meninggalkanku.

Sekitar jam 14.00 kita kembali ke kampus. Hari ini tepat 4 hari aku mengikuti ospek fakultas. Kami diberi waku untuk pulang dan bersiap-siap untuk malam inagurasi. Malam inagurasi adalah malam pengukuhan kami dari Maba menjadi mahasiswa yang sebenarnya. Ada berbagai jenis hiburan. Baik dari senior maupun Maba.
Aku benar-benar terpana saat seorang laki-laki berjalan menuju panggung dengan membawa gitar.
Kak Rafael, benakku. Dia benar-benar mempesona membawakan sebuah lagu ‘Aku Sayang Kamu milik Cola Float Band’, penampilannya sekaligus menutup acara malam itu.
Acarapun berakhir, aku pulang dengan perasaan senang. Masih teringat bagaimana ka Rafael menyanyikan lagu itu.

Akhirnya aku benar-benar menjadi seorang mahasiswa. Aku mulai sibuk dengan kuliahku.
Suatu siang, aku kekantin dengan Windha. Ya saat ini Windhalah yang menjadi teman yang selalu ada untukku. Aku memang punya sahabat sewaktu SMA, hanya saja sekarang kita beda kampus.
Tiba-tiba datang segerombol cowok, menuju kantin. Ternyata ka Morgan dkk. Aku mencari sosok ka Rafael, tapi. . .  Ga ada.
“Eh Chika, ga ada mata kuliah?”, sapa ka Morgan.
“Baru keluar kelas nih kak, laper jadi langsung ke kantin”,aku menjawab sambil tersenyum.
“Eh, maba sok imut ternyata disini juga”, ka Bisma ikut bicara.
“hmm”, jawabku singkat sambil senyum.
Lalu mereka mengambil tempat tak jauh dari tempatku duduk.
Sebenarnya ka Bisma baik, cuma karna tuntutan perannya sebagai panitia harus galak, jadi harus dijalani.

Saat aku sedang asik menikmati makananku. “Enak banget ya??”, seseorang membuatku kaget.
“Ka Rafael”, aku sedikit tersedak.
“Pelan-pelan dong makannya, minum dulu”, ka Rafael mengambilkan minumanku dan menyerahkannya padaku.
“Kaget dikit”, kataku setelah minum es jerukku.
“Sorry ngagetin”, ka Rafel minta maaf.
“Mmm, ga papa kak. Kakak ga pesen makan”
“Nih mau mesen”
Sambil menunggu mankanan ka Rafael, aku mengenalkannya pada Windha. Tiba-tiba. .
“Eh, Rafael, ngapain disana? Kita nungguin dari tadi malah nongkrongin cewek. Duduk sini!!”, ka Rangga menunjuk satu bangku kosong disebelahnya.
“Ehh, sorry ga liat”
“Aku pindah kesana ya Ka”, kata ka Rafael menunjuk kursi disebelah ka Rangga.
“Iya kak”

“Kayaknya perhatian tu ka Rafael ma kamu Ka”, kata Windha sambil mengedipkan matanya.
“Biasa aja kali”, aku menyubit tangan Windha.
“Aduuhh,, sakit tau”
“Ehh sorry, kamu sih gitu”
Windha melirik jam tangannya. “Ka, udah jam 2 aku balik duluan ya”, kata Windha yang bersiap meninggalkanku.
“Ehh, tunnguin dong, masa aku mau ditinggal. Tadi kesini barengan, masa balik sendiri-sendiri”, aku memegang tangan Windha yang sudah hampir bediri.
Dia duduk lagi. “Aku dah janji sama mama, mau nganter kerumah tante Sinta temennya”.
“Yaah kamu gitu sama aku. Ya udah deh”, aku pasrah ditinggal.
“Ya jangan ngambek dong, lagian kamu kan masih nunggu jemputan juga”
“Iya juga sih, ya udah deh, ati-ati yah”, kataku melambaikan tangan.

Akhirnya Ka Morgan dkk  selesai makan, dan mengahmpiri mejaku.
“Boleh gabung kan?”, ka Morgan minta ijin.
“Silahkan”, kataku.
“Sendirian aja nih??” kata ka Rangga.
“Iya kak, lagi nunggu jemputan, tadi temenku pulang duluan”
“Eh, bukannya Chika ngasi surat benci buat Rafael ya?” ka Bisma ngungkit lagi.
Aku tersedak saat minum es jerukku lagi. Aku segera bersikap normal, agar tidak terlihat mencurigakan.
“Hahahaa, kalian ketipu. Mana mungkin cowok sekeren gue bisa dibenci. Yang ada pada jatuh cinta liat pesona gue”, ka Rafael tertawa sambil membanggakan dirinya.
“Tapikan, jelas-jelas Chika ngasi surat benci, ya kan Ka?”, sekarang ka Rangga.
“Kalian ga tau sih isi suratnya apa”, ka Rafael sok misterius.
Aku dah mulai malu, wajahku memerah.
“Trus isinya apa sih Chika?”, ka Rangga penasaran.
“hehh”, aku gugup ga bisa ngomong.
“Itu rahasia ku sama Chika. Privacy”, ka Rafael tersenyum puas.
“Sok misterius loe”, kata ka Morgan.
“Tapi bener deh, kalian malah makin deket”, tambah ka Morgan.
“Benci tapi kenapa sekarang cinta gitu kayaknya ya?” ka Bisma masih penasaran.
“Ya iyalah, pesona gue kan bisa merubah pandangannya Chika terhadap gue, kalian sirik aja. Chika ngasi surat benci bukan berarti dia benci gue. Ada sesuatu yang tersimpan dibalik sebuah kata benci, ngerti loe pada?”.
“Maksud loe??” ka Rangga menatap ka Rafael
“Udah jangan ngomongin itu lagi. Ga liat Chika  mukanya merah gitu? Dia malu tau!! Jadi mending diem deh loe pada”
“Balik yuk, ntar keburu sore”, ajak Morgan.
“Mau bareng kita Ka?”, Tanya ka Rangga.
“Ga usah kak, bentar lagi aku dijemput kok”
“Mending telpon dulu kakak kamu, ntar kalo ga bisa jemput biar bareng kita”, kata ka Rafael.
“Tadi udah ku sms kok, bentar lagi juga nyampe sini”
“Ya udah, bareng sampe parkiran aja”, ajak ka Rafael.
Kami jalan bareng menuju parkiran. Ka Rafael terus mengajakku ngobrol. Sedang ka Morgan, ka Bisma dan ka Rangga sibuk dengan perbincangan mereka sendiri.

Sejak saat itu aku makin dekat sama ka Rafael. Rasa cinta yang ku rasa makin bersemi.
Aku memang BENCI ka Rafael. Benar-Benar Cinta sama Seniorku yang cuek tapi penuh pesona itu.
 # Oh Seniorku, I Heart You #



Karlinda Kusuma Dewi
@kharlin_dewi
Univ. Warmadewa
Denpasar, Bali

15 komentar:

  1. haaaa . LOVE MR. SCASL #RAFLATAHUGS

    BalasHapus
  2. Love MR. SCASL very much :D
    ^kharlin^

    BalasHapus
  3. keren ceritanya...coba aja rafael diganti ma bisma...lebig bgussss.hehe ;)

    BalasHapus
  4. keren ceritanya... aturan bikin yg lebih panjang lafi

    BalasHapus
  5. i heart u rafael <3 ,cenat cenut bca critanya

    BalasHapus
  6. ka rangga baik y

    BalasHapus
  7. kerenz ceritax... aturan bkn crtx tuch yg lbh pnjg...


    -FINNA-

    BalasHapus
  8. kren abiezt !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    BalasHapus
  9. Ceritanya hampir sama kyk ccc pas awal. Tapi lumayan bagus

    BalasHapus
  10. ceritanya seperti CCC .
    Tapi bagus kok :)

    BalasHapus
  11. ceritanya koq sama kaya FF "Aku Benci Kamu.Benar-Benar Cinta Kamu"????

    BalasHapus
  12. Chika di crita itu, itu gue haha #PLAAAKKK

    BalasHapus
  13. Kereeeeeennnnn banget.....salut dech

    BalasHapus
  14. wawww keren deh ah cemburu,,MR.CHARMING bwt aq aj!

    ^_^ NADYA ^_^

    BalasHapus
  15. Gak nyambung banget dah endingnya x_x

    BalasHapus

Respect n Comment: