Selamanya Selalu Bersama

“GUE BENCI SEKOLAH DISINI!!!!!!!!” Teriakku saat berada di atas gedung sekolah.
“Gila lo berisik banget deh!” Tegur seorang cowok. Aku langsung melihat ke belakang, dan ada seorang cowok keren yang sedang mentapku tajam.
“Sorry sorry. Perasaan tadi gue lagi sendiri deh, lo udah lama disini?” Tanyaku.
            “Kebetulan gue lewat tadi.” Ia berjalan ke arahku dan segera mengambil posisi yang sama denganku, menatap sekolah dari atas. SMA Angkasa ini terlihat sangat indah dari atas. Luaaaaaaaas sekali. “Lo kenapa benci sekolah disini?”
            “Em, gue kesel aja sama anak – anaknya. Gue disuruh ini itu ini itu. Emang gue pembantu apa?!” Jelasku dengan semangat 45.
            “Haha, cuekin aja kali. Lama – lama juga mereka yang capek.”
            “Iya ya haha. Oh iya, nama lo siapa?” Aku baru inget kalau kita belum kenalan.
            “Gue Bisma, lo?”
            “Gue Fiya. Kelas berapa?”
            “3b. Lo?”
            “2a. Kakak kelas nih hehe. Ngomong gue – elo ga apa – apa kak?”
            “Ya ampun, ga usah manggil kak deh. Kayaknya tua banget gue. Panggil Bisma aja, oke?”
            “Oke.” Jawabku. Setelah itu, aku kembali dalam kehanyutanku menyaksikan pemandangan sekolah dari atas.
            “Gue ga benci sekolah ini lagi.”
            “Ha? Cepet amat berubah pendapat. Kenapa?” Bisma terlihat heran dengan perubahan sikapku yang mendadak.
            “Karena gue baru tau, ga semua anak disekolah ini yang jahat ke gue. Buktinya ada lo yang baik ke gue. Walau kita baru kenal sih.” Aku cengengesan.
            “Haha thanks Fiy. Oh iya, lo ga balik ke kelas? Kayaknya lo udah lama disini.”
            “Oh iya.” Aku langsung melihat jam tanganku. “Wah, udah jam segini. Udah masuk dari tadi Bis haha. Yaudah, gue ke kelas dulu ya. Lo ga ke kelas?”
            “Ya ke kelas atuh. Gue juga kan mau belajar.”
            “Haha, ayo bareng deh. Searah kan kita?”
            “Iya, yuk.”
Sepulang sekolah …
            “Fiya!!!!” Panggil seorang cowok.
            “Eh, Bisma. Kenapa Bis?”
            “Langsung pulang?”
            “Iya lah. Emang kenapa?”
            “Ayo gue anterin.”
            “Ga ngerepotin nih?”
            “Ya engga lah. Yuk langsung capcus.”
Sesampainya di depan rumahku …
            “Big thanks ya Bis, udah mau nganterin gue.”
            “Iya sama – sama. Gue bagi nomer lo boleh ga?”
            “Boleh – boleh. Hayu atuh dicatet. 085718xxx”
            “Oke, gue balik dulu ya.”
            “Oke, hati – hati ya bis!”
Sepeninggalnya Bisma dari hadapanku, aku baru ingat. Tadi aku dianterin siapa? Bisma? Aje gilee, aku baru nyadar tadi aku dianterin orang cakep + keren gitu. Aku pun melenggang ke dalam rumah dengan perasaan senang.
            “Assalammualaikum, mamaaaaaa fiya pulaaaang!!!” Tak ada jawaban. “Mama?” Tetap tidak ada jawaban. “Harusnya kan mama jam segini udah pulang, tapi kok sepi amat ya rumah ini?” Aku bingung. Aku sama mama memang cuma tinggal berdua di rumah hasil jerih payah mama ini. Papa? Papa udah pergi entah kemana! Seinget aku, terakhir kali aku ketemu papa itu pas aku TK, ya pas aku TK. Dulu papa termasuk dalam golongan orang ganteng lho! Makanya anaknya juga cantik haha. Tapi sekarang aku gatau papa kaya gimana. Papa memilih bercerai sama mama karena katanya mama itu selingkuh! Aku juga gatau itu bener apa engga. Ah sudahlah, masa lalu kelam ga boleh diungkit lagi. Bikin nyesek aja. Eh iya, mama mana sih? Aku pun memeriksa ke kamarnya. Sebenarnya mama udah bilang ke aku dari kecil, kalau aku ga boleh masuk – masuk ke kamar mama. Gatau kenapa. Tapi …
            “MAMA??!!!!” Aku kaget setengah mati saat melihat mama tergeletak tak berdaya di lantai. “MAMA … MAMA … BANGUN MA!” Aku berusaha mengguncang – guncangkan tubuh mama. “APA INI?” Aku melihat seplastik kecil obat – obatan. “NARKOBA?!” Ucapku kaget. Mama pengguna narkoba?! Kenapa aku gatau! Jadi ini yang mama sembunyikan dari aku selama ini? Aku terisak – isak menahan rasa tidak percaya atas sikap mama. “Dokter, gue butuh dokter!” Aku segera mengambil HP dalam saku baju sekolahku dan langsung menelpon dokter langganan keluargaku.
            “Gimana dok? Mama ga apa – apa kan ?”
            “Sebaiknya mama kamu rawat inap aja di rumah sakit. Jadi kesembuhan mama kamu lebih terjaga.
            “Yasudah dok, tolong bawa mama saya ya.”
Keesokan harinya …
            “Hey Fiy, pagi!” Sapa Bisma saat menemuiku di tempat kemarin kita bertemu. Tidak ada jawaban dariku. “Hello! Fiyaaaa!” Teriak Bisma tepat di telingaku.
            “Aduh, pengang bismaaaaaaaa!!!”
            “Sorry sorry, lo nya sih gue panggil ga nengok – nengok.”
            “Hhh, sana gih. Gue lagi ga semangat nih ngobrol sama orang. Daripada lo kena semprot amarah gue? Mending lo pergi kan .”
            “Ye, sebelum gue pergi juga gue udah kena semprot amarah lo Fiy. Ada masalah? Apa lagi PMS?”
            “Masalah keluarga. Udah sana ah, gue mau sendiri Bis. Please …” Bujukku.
            “Oke oke, kalau pengen berbagi cerita sama gue aja ya.” Aku pun mengangguk dan Bisma pergi meninggalkan aku. Kini tinggal aku sendiri di atap sekolah ini. Suasana hatiku begitu buruk! Rasanya ingin menangis saja mengingat mama. Tanpa kutahan lagi, air mataku terjatuh sedikit demi sedikit.
            “MAMA JAHAT!!!!!!!!!!! Kenapa mama begini?! Mama ngecewain aku!” Teriakku sekencang – kencangnya. Aku tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang mengawasiku dibelakang sana . Yap , siapa lagi kalau bukan Bisma. Ternyata dia tidak pergi meninggalkanku. Dia menatapku dengan sorot mata iba.
            “Mama, mama ngecewain aku.” Ucapku lemas dengan air mata yang masih terus berjatuhan. “Mama …” Tiba – tiba HPku bergetar. Segera kuraih HP ini dari saku bajuku. Nama dokter tertera di layar HP. “Ha..lo? A..da a..pa dok?” Aku berusaha bicara dengan jelas namun apa daya? Aku masih sulit untuk berhenti menangis.
            “Maaf, bisa anda ke rumah sakit? Mama anda kritis.”
            “Apa?! Baik dok, saya segera kesana.” Aku jalan tergesa – gesa sehingga aku menabrak seseorang. “Maaf.” Ucapku singkat. Aku tidak menyadari bahwa yang kutabrak itu Bisma. Aku segera berlari menuju lapangan parkir SMA ini. Mengemudi mobil dengan air mata yang terus berjatuhan sunggulah sulit!
            “Fiya!!!!” Bisma menyadari ada yang tidak beres denganku. Akhirnya ia mengejarku. Aku tau bahwa yang memanggilku itu Bisma. Siapa lagi yang peduli denganku di sekolah ini kecuali Bisma? Namun aku tidak peduli. Aku hanya ingin langsung menuju rumah sakit dan bertemu mama!
Di rumah sakit …
            “Dok! Dok! Gimana keadaan mama saya?!” Tanyaku saat aku baru tiba di depan kamar rawat mama. Nafasku masih berburu – buru. Bayangkan! Aku harus berlari dari lantai satu kelantai tiga tanpa menggunakan lift! Menunggu lift membutuhkan waktu lama! Dokter yang kutanya hanya diam. “Dok?! Mama ga apa – apa kan ?! Jawab dok!”
            “Maaf dek, saya sudah berusaha semampu saya, namun ternyata Tuhan berkehendak lain.”
            “Ma..Maksud dokter? Mama u..udah ngga ada?” Tanyaku lemas.
            “Kami mohon maaf.” Tubuhku lemas. Sangat lemas. Mama udah ga ada? Mama ninggalin aku? Ini ngga mungkin! Ini pasti mimpi. Cuma mimpi kan ?! Kakiku lemas sehingga terasa sudah tak mampu lagi menahan berat badanku. Dan semuanya gelap …
            “Fiy, Fiy, sadar Fiy.” Tubuhku diguncang – guncangkan oleh seorang cowok.
            “Bis..Ma?”
            “Iya Fiy ini gue Bisma, Lo ga apa – apa?”
            “Kok lo ada disini? … Mama gue! Mana mama?!” Tanyaku setelah kesadaran aku kembali seutuhnya.
            “Fiya, tenang Fiy. Lo harus ikhlas terima semua ini.”
            “ENGGA! MANA MAMA?! MANA MAMA?!”
            “FIYA! LO MESTI SABAR! LO NGGA BOLEH BEGINI!” Bisma menyadarkanku. Aku lemas menerima semua ini. Ternyata ini semua bukan mimpi. Ini nyata! Nyata! “Sekarang kita pulang dulu yuk Fiy, tubuh nyokap lo baru besok akan dibawa pihak rumah sakit ke rumah lo. Ayo gue anterin pulang.” Aku hanya bisa mengangguk lemas.
Di jalan menuju rumahku …
            “Jam berapa sih ini Fiy? Kok udah sepi banget ya?”
            “Jam 11.” Jawabku singkat.
            “Oh pantes.” Ketika motor Bisma sedang melaju di jalan yang sepi ini, tiba – tiba ada segerombolan genk motor yang menghadang motor Bisma.
            “Bis, kenapa ini?” Tanyaku takut. Kita turun dari motor. Aku hanya bisa bersembunyi di belakang Bisma dan memegang bajunya.
            “Lo diem ya. Tetep dibelakang gue.”
            “I..iya.”
            “Wes, pacar bro?” Tanya seseorang yang tiba – tiba sudah ada di belakangku. “Cantik ya.” Ia menggodaku!
            “Jangan sentuh cewek gue!”
            “Cewek lo boleh juga nih. Buat gue ya? Atau ngga gue pinjem deh sehari. Haha” Ujar salah satu temannya lagi.
            “Dia bukan barang yang lo bisa pinjem seenak hati lo! BUUUK!” Bisma menonjok salah satu dari mereka yang tadi berusaha memilikiku! Dan terjadilah! Bisma dikeroyok oleh seluruh anggota genk motor ini. Mending kalau hanya dipukul dengan tangan kosong! Ini dengan benda tajam! Jari telunjuk kiri Bisma terputus sedikit, telinganya nyaris putus, dan ia tertusuk benda tajam itu. Aku teriak sekencang – kencangnya menyaksikan kekerasan ini.
            “BISMA!!!!!!!!!!!!!!”
            “Heh, diem lo! Lo mau punya nasib kaya dia?! Ha?!” Aku diam namun tetap menangis. Tidak lama ada satu mobil polisi yang sedang berjalan menghampiri kami.
            “POLISI POLISI! KABUR WOY!” Genk motor itupun berlarian entah kemana.
            “BISMA BISMA!! Bangun Bis! Pak pak, tolongin temen saya pak. Darahnya banyak yang keluar, ia bisa mati kekurangan darah pak kalau tidak segera dibawa ke Rumah Sakit!” Teriakku.
            “Ayo ayo!”
3 bulan kemudian … Di atap sekolah seperti biasa …
            “Gimana Bis, udah enakan?”
            “Udah lah, udah lama banget gue sehat kali.”
            “Baguslah.”
            “Makasih ya atas 3 bulannya. Lo setiap hari rawat gue mulu Fiy.”
            “Nyantai aja kali Bis.”
            “Lo udah….bisa ikhlas nerima kepergian…sorry nyokap lo?”
            “Udah, kalau gue masih ga ikhlas kasian mama gue di alam sana . Nanti dia ga tenang lagi.”
            “Alhamdulillah…”
            “Gue udah ngga punya siapa – siapa di dunia ini Bis.”
            “Bokap lo?”
            “Oh? Gue belum cerita ya sama lo? Gue anak broken home Bis.”
            “Ups, sorry ya. Gue gatau.”
            “Iya ga apa – apa. Sedih ya jalan hidup gue Bis? Mama papa cerai, mama meninggal, papa gatau kemana. Haha tinggal sendiri deh gue” Aku tertawa hambar.
            “Kata siapa? Lo masih punya gue kan ?”
            “Ha?” Aku ngga salah denger nih?
            “Gue mau kok jadi orang satu – satunya di hidup lo.”
            “Maksud lo?”
            “Gue mau jadi pacar lo. Kalau perlu kita nikah, biar kita bisa hidup berdua selamanya.”
            “Lo nembak gue? Haha”
            “Huuu, iya. Diterima ngga nih?”
            “Terima ngga yaaaa? Haha pasti gue terima lah Bis.” Jawabku jujur.
            “Akhirnyaaa. Udah lama gue mau bilang ini ke lo. Gue sayang banget sama lo. Dari awal udah timbul rasa aneh gitu pas ngeliat lo.”
            “Bisa aja lo Bis. Makasih ya udah mau jadi orang satu – satunya di hidup gue.”
            “Iya, sama – sama.” Ia memelukku dan aku membalas pelukannya.
            “You know me so well … Girl i need you … Girl i love you … Girl i heart you..” Tiba – tiba Bisma menyanyikan sebait lirik itu dipundakku.
            “I know you so well … Boy i need you … Boy i love you … Boy i heart you ..” Balasku.
            “I heart you.”
            “I heart you back”


Fitriah Deliana
@fiyadeliana
SMPN 09 Bekasi
Bekasi. Jawa Barat

20 komentar:

  1. bagus banget! aku sukak cerpenmu :)

    BalasHapus
  2. Sebenernya mau bilang sempurna. Tapi sempurna itu cuma milik Tuhan :))
    jadi untuk cerita ini, aku mau bilang hampir sempurna!!
    Dan sangat memenuhi syarat :)
    Cuma itu kalo fiya tinggal sendirian, yg biayain kehidupannya siapa ya? :)
    But, good job ;)

    BalasHapus
  3. wah, terima kasih ya :D
    makasih kritikannya juga :D iya aku ga mikirin kesitu euy hehe ^^"

    BalasHapus
  4. so sweet...terharu tingkat dewa ih! mamang guee, hero banget...:)

    BalasHapus
  5. keren bangettt, bisma so sweet banget sih.

    BalasHapus
  6. so sweet....


    -FINNA-

    BalasHapus
  7. AAAAAAA,,,!!!
    #ngefly yaampun.....

    BalasHapus
  8. gila sedih bgt wkt kak bisma di kroyok genk motor

    BalasHapus
  9. so sweet bgt cih......

    BalasHapus
  10. ya ampun.. seneng banget deh bacanya! aku suka banget bagian akhirnya! so sweet.. two thumbs for you!

    BalasHapus
  11. asmahan_smashblast10 Juli 2011 pukul 21.47

    pas aku baca to the point-nya (bagian terakhir) aku bener2 gak nyangka ceritanya sebagus ini..
    good job...

    BalasHapus
  12. sempet terharu bahkan pengin nangis waktu inget kalo Mamang pernah juga dikeroyok genk motor.. good job.. ceritamu asyik..

    BalasHapus
  13. bagus bgt nih..
    klw bisa bkin lgi,,,

    BalasHapus
  14. duuh k bisma yg sabar yacg mungkin ne udah takdir yg diberikan tuhan untuk kaka yg sabar yacg kak aku janji akan selalu nge'dukung kaka ok..

    BalasHapus
  15. fathia alifia tsabita16 November 2011 pukul 23.53

    aduuh... bagus banget ceritanya! two thumbs up for you deh!

    BalasHapus
  16. kalo ortu Fiya gk ada, yg biayain kehidupannya siapa dong? apa ada yg ngurusin Fiya?

    BalasHapus
  17. fitriyana nur rachmawati17 Juni 2012 pukul 21.26

    ea bnr cerita,a tuch seru abizzzz walaupun da sdkt bgian yg menyedihkan
    so sukses dech bkn cerpen yg seru bgtz

    BalasHapus
  18. good job!bisa bkn aq mlongo
    haha

    ^_^ NADYA ^_^

    BalasHapus

Respect n Comment: