Maafkan, Jika Memang Caraku yang Salah


“Kak Aliya! Liat nih ada siapa di tv?” Adikku, Gabriel berteriak sangat kencang. Aku yang sedang membaca novel di kamar atas sampe kaget dan segera melangkah keluar.
“Apaan sih, de? Asli, berisik banget deh kamu.” Aku berteriak dari lantai atas.
“Aku Cuma mau kasih tau, ada Kak Angga di tv! Kalo nggak mau dikasih tau yaudah, nggak aku kasih tau lagi nanti!” Aku tersentak. Itu pasti Rangga! Gabriel memang memanggil Rangga dengan Angga, sudah terbiasa sejak dulu. Aku segera berlari ke bawah, duduk dengan segera di depan tv.
“Tadi marah-marah, sekarang malah matanya nggak kedip sedikit pun!” Gabriel menggerutu.
“Ih, berisik banget sih kamu, de! Nanti nggak kedengeran nih suaranya.” Aku menoleh ke belakang sebentar, mengambil remote dan memaksimalkan volumenya.
“Ih, bukannya terima kasih, malah marah-marah!”
“Terima kasih adikku sayang!” Aku mencubit pipinya yang tembem itu, sama seperti pipi Rangga. Gabriel, adik keduaku. Masih berumur 9 tahun. Sedangkan Rangga, adalah tetangga, teman sejak kecil dan sudah ku anggap seperti kakakku sendiri. Dulu, jauh sebelum terkenal bersama SM*SH-nya, kami kemana-mana selalu bersama. Ke kampus, ke tempat makan, hang out. Aku nggak pernah lepas dari sampingnya. Sehingga nggak sedikit yang menggosipkan hal yang nggak-nggak tentang kami berdua. Beruntung, Rangga menanggapinya dengan enteng. Aku pun juga begitu. Karena emang sama sekali aku nggak ada rasa sama dia.

“Gossipnya, lagi deket sama cewek ya akhir-akhir ini? Kalo nggak salah inisialnya KE” Tanya seorang wanita, host sebuah acara gossip kepada Rangga. Ke-enam personil yang lain nampak senyam-senyum dan kompak menatap ke arah Rangga. Rangga hanya tersenyum, namun sempat menoyor kepala Bisma.
“Ah nggak kok mbak! Cuma Gossip itu. Kita kan sama-sama musisi, jadi emang deket gitu. Semuanya juga sama-sama deket kok.” Ungkap Rangga.
“Ah, buktinya gue enggak kok.” Bisma menyambar sambil senyum tengil.
“Iya, gue juga. Kayaknya Cuma lo doang deh, ngga.” Lanjut Ilham. Rangga mendorong tubuh Ilham sedikit. Aku semakin terbawa ke dalam percakapan ini.
“Tuh kan, berarti gossipnya beneran dong, ya?” Host wanita itu makin ingin tahu, maklumlah ini bagian dari pekerjaannya.
“Jangan saya terus dong, Mbak. Yang lain juga banyak yang digossipin kok.” Rangga memelas. Aku tersenyum melihat tingkahnya. KE, pasti yang dimaksud adalah Kara Effendi. Penyanyi pendatang baru yang sempat berkolaborasi bersama mereka di satu kesempatan. Setelah itu, mereka makin sering ditampilkan bersama. Ya, Rangga memang banyak cerita tentang Kara. Bagaimana Rangga memujinya dan menyukai sikap rendah hatinya. Kami masih terus saling contact. Kadang memang aku yang harus memulai duluan, ketika aku mulai merindukan kehadirannya disampingku.

Acara gossip telah selesai. Aku beranjak, hendak kembali ke kamar.
“Rangga emangnya udah jarang balik ke Bandung ya, Al?” Tanya mama sambil menyiapkan makan malam. Aku kaget akan kehadirannya. Sementara Gabriel, sudah tidak ada disitu, mungkin sejak lama.
“Iya kayaknya, Ma. Maklumlah, dia kan sekarang sibuk manggung. Di Jakarta, tawaran mereka lebih banyak. Jadi, dia lama ada disana.” Aku kemudian membantu mama menyiapkan makan malam.
“Nggak kangen apa dia sama masakan mama? Sama kamu? Sama Cemong? Nanti kalo kamu ketemu sama dia, sampein salam mama buat dia, ya. Suruh dia main disini sekali-sekali.” Kata-kata mama itu penuh arti banget. Cemong itu nama kucing persia peliharaan adik-adikku. Rangga perhatian banget sama Cemong. Selagi Rangga dirumah, dia yang ngurusin Cemong, dia yang kasih Cemong makan, dia yang mandiin Cemong.‘Tenang, ma. Nanti aku sampein semua komplain mama ke dia.’ Ucapku dalam hati.

*****

“Rangga apa kabar, Al? Jarang banget keliatan di kampus deh.” Tanya Widya saat kami sedang mencari bahan tugas di perpustakaan. Widya, sahabatku sejak SMA. Kami emang baru kenal 2 tahun belakangan ini, tapi hubungan kami sudah lebih daripada sahabat. Widya, orang yang paling mengerti aku, bahkan melebihi diriku sendiri.
“Kabar terakhir sih dia baik-baik aja. Cuma agak sedikit nggak enak badan, mungkin karena kecapekan. Kemaren dia bilang rencananya mau ambil cuti sih. Cuma nggak tau deh jadi apa nggak.” Aku terus melanjutkan membaca.
“Kemaren gue nonton acara *****, Rangga digosipin gitu ya sama penyanyi pendatang baru itu?” Aku nggak tau kenapa, setiap inget sama acara itu, setiap inget sama pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan buat Rangga, setiap inget sama reaksi temen-temennya, pasti tiba-tiba jantungku berdegup kencang.
“Katanya sih. Rangga juga sering kok cerita tentang Kara. Dan kayaknya dia anaknya baik. Walaupun beda umur mereka 3 tahun, Rangga nyambung banget kalo ngobrol bareng Kara. Mungkin karena itu mereka jadi akrab, baik di atas panggung maupun di belakang panggung. Itu juga mungkin yang jadi santapan infotainment. Tapi, sampai saat ini sih Rangga belom cerita soal perasaannya sama Kara ke gue.” Aku mengakhiri penjelasan itu dengan tersenyum.
“Kayaknya cocok banget tuh mereka. Tapi, lo gpp kan kalo pada akhirnya gossip itu ternyata bener?” Widya menatap mataku dalam. Aku kaget.
“Haha, Rangga itu udah gue anggep kayak kakak gue sendiri. Nyokap anggep dia kayak anak sendiri. Mana mungkin gue cemburu? Lagian, ada-ada aja pertanyaan lo.” Aku menjawabnya dengan enteng.
“Lo yakin, lo nggak cemburu?” Kali ini mimik wajah Widya terlihat lebih serius.
“Yakin, Wid! 1000%!” Aku mengedipkan sebelah mata. Kemudian kami larut dalam kesibukan masing-masing.

BRUK! Aku mendaratkan tubuhku ke kasur. Menatap langit-langit kamar. Entah apa yang membuat pikiranku kembali melayang pada kejadian di perpustakaan tadi.
‘Lo yakin, lo nggak cemburu?’
Kenapa bisa-bisanya Widya bertanya seperti itu? Emang apa yang membuat aku sampe cemburu kalo seandainya hal itu benar terjadi? Aku sama sekali nggak punya perasaan apa-apa kok. Aku hanya merindukan sosoknya, yang biasanya selalu disampingku. Aku merindukannya sebagai sahabat, sebagai kakak.
Aku kemudian berganti pakaian dan segera menuju meja belajar kemudian menyalakan laptop. Ingin memeriksa mention apa saja yang masuk ke akun twitter ku. Setelah sebelumnya aku meng-update status.
‘What a tiring day. Sometimes, I just need you by my side. Even you aren’t talk anymore.’
Lalu, mulailah aku menelusuri timeline. Ku lihat status update dari Rangga sekitar 45 menit yang lalu.
‘Semangat ya latihannya @KaraEffendi! See you on the stage :)’
Oh, ternyata mereka akan satu panggung lagi. Tumben Rangga nggak cerita apa-apa soal ini. Mungkin dia lupa karena terlalu sibuk. Spontan aku tersenyum kecil. Aku arahkan mouse ke atas untuk melihat tweet-tweet baru. Dan ternyata Rangga update lagi.
‘@KaraEffendi hahaha udah hafalin dulu itu gerakan! Jangan sampe salah ya nanti di panggung. Bikin malu dong? :p’
Yeah, akrab sekali mereka. Namun, aku menyadari kemudian adanya 1 tweet baru di mentionku. Widya.
‘@Aliyaaa siapa? Yang tadi kita bicarain di perpus? *mata menyelidik* :p’
Aku membalas:
‘@Widyawierr hahaha, bukan siapa-siapa neng. Jangan gossip deh lo.’
Aku kembali menelusuri timeline. Kembali ada nama Rangga, 10 menit kemudian Rangga masih saja online, begitu juga setelah 30 menit kemudian. Namun, masih dengan orang yang sama. Aku berharap Rangga komentar sedikit saja. Namun, harapanku tidak menjadi kenyataan. Ku pandangi hp yang sejak tadi aku letakan di tempat tidur. Tidak ada notification. Aku menghela nafas panjang, lalu kumatikan laptop.
Aku kembali merebahkan diri. Menutup mataku dengan guling. Menangis. Ya, tanpa aku sadari, air mata ini mengalir begitu saja. Dadaku terasa sesak. Aku nggak bisa menjelaskan apa yang terjadi pada diriku. Sampai akhirnya aku terlelap dalam tangisan.

Tok..Tok..Tok
“Kak Aliya! Tidur ya? Bangun dong! Disuruh mama mandi sama turun ke bawah buat makan! Kak, bangun! Tumben banget sih pintunya dikunci? Kak Aliyaaaa!!” Kini suara Galang terdengar sangat keras. Menembus gulingku. Aku terbangun dan melihat jam, sudah jam 6 malam. Lalu melangkah ke arah pintu dan membukanya.
“Iya, 15 menit lagi Kak Al ke bawah ya, sekarang mau mandi dulu.” Aku tersenyum menatap Galang.
“Kak Aliya abis nangis ya? Matanya bengkak tuh!” Galang menunjuk wajahku. Aku meraba bagian sekitar mata, memang berair dan agak perih. Aku menggeleng dan tersenyum kepada Galang. Lalu membelai rambutnya dan menutup pintu untuk segera mandi. Ketika sampai di depan kamar mandi, aku menatap layar hp ku. Aku berharap ada lampu merah berkedip-kedip, namun nyatanya tidak. Lalu aku segera mandi.

“Makan dulu yuk, Al!” Ajak mama. Di meja makan tersedia ayam goreng kesukaanku dan juga sayur asem serta sambel terasi. Waw, baunya harum. Aku mengelus perutku sedikit.
“Siap, bos!” Galang dan Gabriel sudah ambil posisi di meja makan. Selanjutnya kami makan bersama. Kadang, ketika makan bersama seperti ini, aku rindu akan kehadiran sosok papa. Aku rindu untuk bercengkrama lagi dengan beliau. Tentang semua masalahku, tentang semua hari-hariku. Aku menganggap beliau pendengar yang baik. Sahabat sejati. Namun, ketika kini beliau sudah tidak ada lagi, aku bingung mau bercerita pada siapa. Mama terlalu sibuk dengan bisnisnya, membuat jarak di antara kami. Meskipun aku selalu berusaha menghilangkan sejenak jarak itu.
“Bengong aja kamu! Itu sayur asemnya dimakan, kalo dingin kan nggak enak lagi rasanya.” Ucapan mama membuyarkan lamunanku. Aku segera menghabiskan makananku. Setelah selesai, aku kembali lagi ke kamar. Menyalakan laptop, kembali menelusuri timeline twitter.

Kurang lebih 3 jam aku berada di depan laptop. Baru saja akan sign out, aku melihat update-an Rangga.
‘Perform Day 1 done! :) see you tomorrow, @KaraEffendi! Nggak nyangka ditawarin duet sama penyanyi besar Indonesia :D’
Ternyata dia abis perform di acara-yang-tidak-pernah-diberitahukannya-kepadaku. Thanks, Rangga. Sepertinya sudah ada yang menggantikan posisiku, have fun! Aku klik tanda unfollow pada profilenya. Goodbye!
Lalu aku menulis blog, menulis apa saja yang aku rasakan saat itu. Nggak lama, air mata kembali mengalir dan dada ini seketika terasa sesak. Aku mematikan laptop dan segera tidur.

2 bulan sudah berlalu. Aku lost contact sama Rangga. Sesuatu hal yang aku takutkan bakal terjadi, namun dijanjikan Rangga nggak akan pernah terjadi. Tiba-tiba hp ku berbunyi, notification bbm. Aku membukanya dan kaget. Rangga.
‘Heh, jelek! Sombong abis ya lo! Udah nggak ada kabar, sekarang lo unfollow gue! Bodo ah, marah gue!’
Aku pengen marah! Aku pengen dia tau, kalo dia yang ngelakuin ini duluan! Dia yang bikin aku begini! Kenapa dia nggak nyadar?
‘Trus sekarang bbm gue Cuma di read doang?’
Datang lagi bbm dari Rangga. Baiklah aku nyerah. Aku berusaha sebiasa mungkin.
‘Hehe, twitter gue udah lama nggak aktif, sekarang rada error gitu deh. Temen-temen gue juga pada banyak yang ke unfollow sendiri.’
Maaf sekali, aku telah berbohong, Rangga.
‘Ah, dasar lo! Kirain gue lo udah bener-bener nggak mau kenal lagi sama gue haha.’
Aku tertawa membaca pesannya.
‘Emang! Rangga yang dulu gue kenal udah sombong sekarang! Udah nggak pernah ngobrol sama gue lagi! Udah jadi orang lain dalam hidup gue!’
‘Hahaha, sorry deh. Gue akhir-akhir ini sibuk banget. Ini aja baru keluar dari Rumah Sakit karena typus. Eh, hari Minggu dateng ya ke kampus, gue manggung disitu. Bareng sama Kara juga.”
Aku khawatir baca bbmnya.
Nah, sekarang kebukti kan siapa yang sombong dan nggak pernah ngasih kabar? Besok-besok kalo sakit, nggak usah hubungin gue. Karena lo juga nggak mau gue jenguk kan? Oh, sama cewek lo juga ya?’
Aku ngerasa, kata-kata diatas cukup untuk menyindir seorang Rangga.
“Woy, gue kan lagi di Jakarta. Nggak mungkin gue tega nyuruh lo bolak-balik Jakarta-Bandung Cuma untuk ngejengukin gue. Gue baik-baik aja kok, lek! Hahaha, sama aja lo kayak infotainment! Tukang gossip! Udah ah, gue nggak mau tau, pokoknya lo harus dateng! Gue kangen!”
Air mataku mengalir perlahan. Lo kira gue nggak kangen? Gue lebih lama ngerasain ini dibanding lo, ngga!
‘Sip! Gue pasti dateng!’
Pembicaraan berakhir. Hari minggu berarti 2 hari lagi. Aku nggak sabar mau ketemu Rangga.

*****

Ya, hari itu tiba. Aku berangkat pukul 8 dari rumah. Tak lupa, aku mengajak Widya ikut. Rangga bilang, dia akan sampai di lokasi sekitar jam 9, dan acara mulai jam 12. Aku mengenakan bigjill berwarna kuning, jeans biru muda, sepatu kets dan syal berwarna hitam.

Baru saja aku keluar dari angkot, Rangga meneleponku.
“Halo.” Ucapku agak canggung.
“Lo dimana, lek? Gue baru nyampe nih. Lo cepetan ya kesininya!” Aku segera berjalan menuju backstage.
“Emang gue boleh masuk backstage?” Tanyaku nggak yakin.
“Hey, emang lo siapa? Lo kan sahabat gue! Ijin langsung dari gue kok! Lo apa-apaan sih? Kok jadi aneh gini? Dasar! Yaudah, pokoknya gue tunggu lo ya disini.”
KLIK! Telepon tertutup.
“Kita ke backstage ya, Wid.” Aku tersenyum simpul pada Widya.
Nggak lama kemudian, aku melihat tenda berwarna putih, aku masuk ke dalam dan mendapati semua personil SM*SH ada disitu, juga Kara. Dia mengenakan dress berwarna putih, panjang selutut dan big belt warna hitam. Tampak dia sedang asik ngobrol dengan Rangga. Rangga menghampiriku setengah berlari.
“Jeleeeek!” Dia merangkulku. Erat. Aku dapat mencium wangi parfumnya. Masih sama seperti yang dulu. Aku balas memeluknya. Sepertinya hingga kami berdua sulit bernafas.
“Gue kangeeeen!” Ucap Rangga setengah berbisik, tepat di kupingku. Aku hanya bisa menitikan air mata.
“Hey, lo nangis?” Rangga melepas pelukannya dan mendapati aku menangis. Aku menangis bahagia, Rangga!
“Lo kenapa?” Rangga menghapus sebagian tetesan air mata di pipiku.
“Gue seneng banget bisa ketemu lagi sama lo!” Air mataku mengalir kembali. Aku memeluknya. Erat. Sangat erat.
“Gue kira kita nggak bakal bisa ketemu lagi.” Air mataku mengalir lebih deras. Lagi-lagi Rangga melepas pelukanku dan menyeka air mataku dengan tangan halusnya.
“Udah ah, jangan nangis lagi. Dasar cengeng!” Rangga tertawa kecil. Aku kemudian menghapus air mataku.
“Kara, kenalin ini Aliya. Dia sahabat gue sejak kecil. Dan Aliya, ini Kara. Yang sering gue ceritain.” Aku bersalaman dengan Kara. Bener kata Rangga, Kara emang cantik dan manis. Seketika aku menyadari kalo Rangga cocok kok bersanding dengan Kara. Nggak lama Bisma memelukku.
“Apa kabar Aliya? Gila, long time no see! Kangen gila-gilaan lagi bareng lo!” Aku balas memeluk mamang yang satu ini.
“Baik, abis ketemu lo. Apa kabar lo?” Aku memeluk Bisma erat sekali.
“Baik, kok. Alhamdulillah.” Bisma melepas pelukannya.
“Jadi abis ketemu gue nggak baik nih?” Rangga menatap sinis. Aku kaget. Lalu nyengir.
“Ya elah, gitu aja sensi. Becanda kok gue.” Aku mencubit pipinya pelan. Lalu kemudian melepas rindu dengan Reza, Morgan, Ilham, Dicky dan Rafael. Aku juga memperkenalkan Widya pada mereka.

Sementara aku bercanda-canda dengan Widya dan ke-6 personil lainnya, Rangga malah terlihat sangat akrab dengan Kara. Seakan-akan, pelukan tadi hanya formalitas. Aku berusaha menutupi ketidaksukaanku melihat mereka ngobrol.
“Aw!” Kara mengaduh. Dia terjatuh. Nampaknya sepatu hak tingginya patah dan membuat kaki Kara keseleo.
“Kara!” Rangga menangkap tubuh Kara, sangat pas! “Lo gpp?” Tanya Rangga dengan begitu perhatian.
“Aduh, kaki gue. Ini hak gue patah ternyata. Gue gpp kok.” Kara berusaha berdiri, namun ditopang oleh Rangga.
“Lo beneran gpp?” Rangga terlihat masih khawatir.
“Gpp, gue mau ke mobil dulu, ya. Mau ambil high heels gue yang lain.” Kara tersenyum. Manis. Tapi ternyata dia nggak terlalu kuat. Untuk kedua kalinya dia terjatuh dan ditopang Rangga.
“Tuh kan! Lo beneran kuat nggak sih? Biar gue anterin, deh.”
“Gue ada ini. Mau gue pijetin sebentar?” Aku mengeluarkan obat gosok dari dalam tas. Kara terduduk dan tersenyum, lalu mempersilahkanku untuk memijitnya sebentar.
“Pelan-pelan ya, Al.” Rangga berpesan. Aku menoleh dan tersenyum.

Kara sudah merasa baikan. Rangga melarangnya untuk jalan ke mobil, dan meminta tolong pada assistennya untuk mengambilkan high heels Kara yang lainnya. Aku pamit ke kamar mandi untuk mencuci tangan. Di perjalanan menuju kamar mandi, aku masih mengingat betul betapa perhatian Rangga akan Kara sangat besar. Aku masih ingat bagaimana Rangga khawatir akan Kara. Aku pun rindu akan perhatian Rangga, aku merindukan sosoknya yang begitu memperhatikanku. Aku meluapkan semua rasa yang aku pendam, kini tangisan itu tak lagi hanya di dalam hati. Ini begitu menyakitkan, Rangga! Biarlah kamar mandi ini menjadi saksi bisu akan tangisan teruntuk Rangga. Tiba-tiba aku merasakan sebuah pelukan. Aku menoleh ke belakang. Widya.
“Al, gue udah tau apa yang lo pendem selama ini. Mata lo itu nggak bisa boong, Al. Lo harus jujur sama Rangga. Lo harus bilang semuanya ke dia, biar dia sadar, bahwa elo selama ini ada.” Aku tersenyum sembari menangis. Apapun yang terjadi, aku belom sanggup mengatakan semua ini pada Rangga. Toh aku sadar bahwa cintaku telah bertepuk sebelah tangan. Kami segera kembali ke backstage. Ku lihat Rangga masih berdua disana.
“Makasih ya, Al. Kaki gue udah agak mendingan.” Ucap Kara dari tempat duduk. Aku membalasnya dengan senyuman, yang kukira tulus.

Jam 12, acara dimulai. SM*SH perform sebagai opening dan juga closing. Closing mereka menyanyikan lagu ‘Kau Gadisku’. Disitu, terlihat sekali kemesraan antara Rangga dan Kara. Aku mencoba tersenyum, namun itu sulit. Setelah mereka turun panggung, aku segera pamit pulang. Aku ngerasa nggak kuat kalo harus lama-lama ada disitu. Menikmati kedekatan Rangga dan Kara? Dikiranya aku wanita berhati baja?
“Kok cepet banget, Al? Nggak mau nongkrong bareng dulu?” Tanya Bisma sambil mengelap peluh di wajahnya.
“Gue ada urusan sebentar, mang! Lain kali aja ya!” Aku memeluknya sebentar. Aku harus buru-buru pergi meninggalkan tempat itu. Air mata ini tidak dapat lagi terkontrol. Aku pun menarik tangan Widya dengan sedikit paksaan.
“Al!” Rangga menarik tanganku.
“Sorry, tadi gue udah ditelepon sama nyokap.” Aku berusaha nyengir sebiasa mungkin. Namun Rangga malah membawaku ke pojokan backstage.
“Lo kenapa?” Rangga memegang pundakku erat. Dan aku pun akhirnya membiarkannya melihat tetesan air mata yang mengalir deras melewati pipiku.
“Kenapa nangis?” Rangga berusaha tenang. Aku tau, dia panik melihatku menangis.
“Gue gpp kok, ngga. Mungkin perasaan seneng karena bisa ketemu lo lagi masih kebawa sampe sekarang.” Aku memeluknya erat.
“Gue nggak percaya kalo lo nggak kenapa-kenapa. Gue nggak percaya kalo ini tangisan yang sama kayak tadi pagi. Al, bilang sama gue. Apa salah gue sama lo? Apa perbuatan gue sampe gue bikin lo nangis kayak gini? Sikap lo sejak kita ketemu itu beda, Al.” Aku nggak kuat kalo harus jujur disini.
“Al, kalo lo nggak mau ngomong disini, mendingan kita ke mobil.” Aku mengangguk dan menatap Widya. Widya membalasnya dengan senyuman dan satu anggukan.

“Sekarang Cuma ada kita berdua. Lo udah mau cerita?” Kami telah duduk di dalam mobil. Aku menarik nafas dalam-dalam.
“Lo berubah, ngga. Lo bukan lagi Rangga yang gue kenal dulu. Lo nggak pernah inget sama gue, bahkan kita sampe lost contact 2 bulan. Lo bukan lagi Rangga yang perhatian sama gue. Ya, mungkin perhatian lo tersita buat SM*SH dan.. Kara. Gue pernah berharap, seberharga apapun SM*SH dan Kara di mata lo, setidaknya masih ada nama gue disitu. Tapi ternyata gue salah. Bahkan nama gue udah nggak ada lagi. Gue dateng kesini, yang lo lakuin apa? Lo asik ngobrol sama Kara! Padahal, gue dateng kesini buat lo. Walaupun gue juga kangen sama anak-anak lain, tapi yg lebih gue kangenin itu elo. Cuma waktu lo nggak ada buat gue. Kalo gue tadi nggak pamit pulang, mungkin lo pikir gue udah nggak ada ya disitu?” Air mata ini terus mengalir.
“Al, bukan itu sebenernya maksud gue. Gue Cuma..”
“Cuma keasikan ngobrol sama Kara dan akhirnya nyuekin gue?” Aku memotong pembicaraannya.
“Sorry, pembicaraan gue dan dia ngalir gitu aja. Gue kalo udah ketemu dia ya gitu, jadi lupa segalanya. Karena gue terlalu larut dalam topik yang kita bahas.”
“Fine. Semuanya kayaknya udah jelas kok. Sorry, kita nggak bisa lagi kayak dulu gue rasa. Lo berubah, ngga. Mungkin Kara yang lebih lo butuhin sekarang. Demi Allah, gue gpp, ngga. Gue ngehargai banget elo. Kalo emang kita nggak bisa deket layaknya sahabat, mungkin kita bisa deket layaknya temen. Gue.. cabut dulu, ya! Sukses buat SM*SH.” Aku mengambil tasku dan tersenyum pada Rangga.
“Al, gue boleh nanya satu hal sama lo?” Rangga menarik tanganku. Aku hanya mengangguk.
“Lo jealous? Sama Kara?” Aku kaget. Jealous? Apa mungkin?
“Gue Cuma iri karena sebagian besar waktu lo selalu untuk Kara. Gue nggak jealous, ngga.” Aku tersenyum. Terpaksa.
“Lo jealous, Al!” Rangga masih bersikeras.
“Maaf, mungkin cara yang gue pake salah. Tapi Cuma ini yang bisa gue lakuin untuk membuktikan perasaan lo ke gue, Al. Gue dan Kara nggak seperti yang lo pikirin, nggak seperti yang media beritakan. Gue Cuma pengen tau reaksi lo. Gue Cuma pengen tau ekspresi lo. Karena gue nggak pengen ketika gue mengungkapkan perasaan gue tapi lo nggak ngerasain apa yang gue rasain, dan akhirnya persahabatan yang udah kita jaga sejak kecil rusak gitu aja. Lo kira gue nggak kangen sama lo? Lo kira gue diem aja waktu gue sadar kalo lo jealous dan hati lo sakit? Lo kira waktu lo nangis tadi, gue biasa aja? Gue ngerasain apa yang lo rasain, Al! Gue tau arti dari semua bahasa tubuh lo. Karena rasa ini tumbuh di hati gue sejak lama, bahkan jauh sebelum gue akhirnya kenal SM*SH. Tiap gue pengen bilang ini ke elo, gue takut. Gue takut lo jauhin gue dan kemudian hubungan persahabatan kita berakhir gitu aja. Gue sayang lo, Aliya Saraswati. Satu hal yang mungkin harus lo tau, gue pengen elo, untuk besok dan seterusnya yang ada disamping gue. Gue Cuma pengen elo.” What a surprise! Aku memeluknya erat. Nggak ada perayaan, nggak ada jawaban iya. Cuma kita berdua yang tau bahwa telah terjadi sesuatu di hari ini. Gue juga sayang elo, Rangga Dewamoela Soekarta. Terima kasih untuk semua cara yang salah ini.


Pramesti Laksmi
@estipilami
Bekasi, Jawa Barat

69 komentar:

  1. Kerennnnnnn banget! Gue baca nangis:'( Btw cepen lo kaya kisah cinta gue bgt, nyindir gue bgt._.

    BalasHapus
  2. Puji Tuhan, tujuannya tersampaikan ;)
    Hehe, maaf kalo kamu sampe nangis, emg maksudnya itu sebenernya.
    Wah, nggak bermaksud nyindir ;)
    Be a strong girl :))

    BalasHapus
  3. Mengharukan. ...
    Aku juga nangis bacanya :"(
    kereeennnn bangeetttt. .
    Suka banget ceritanya. .

    @kharlin_dewi

    BalasHapus
  4. keren gila , pengen nangis ... :DD keren banget sumpaaaaahhh !!!!!!

    BalasHapus
  5. @kharlin_dewi: Big thanks! :))
    Tujuan cerita tersampaikan ;)

    @anonim: Teyima kaciih :))

    BalasHapus
  6. @estipilami Hehehe gapapa kok, gue suka banget sm cerpennya. Baca ini jadi keinget lagi. Tapi gue suka banget!!! (y)
    Thank you ya ;')

    BalasHapus
  7. @anonim
    Wah, terima kasih ya :)
    respect :))

    BalasHapus
  8. Sedih hbz,,,
    gk terasa jd nanggiz gk berhenti berhenti,,
    cerpen na bgz,,,

    BalasHapus
  9. woo baca nya envy dah aku, kak rangga oh kak rangga -,-
    wkwk *canda ah* kerreen lho....

    aah, sama kak bisma aja deng :p

    BalasHapus
  10. @anonim: alhamdulillah :D
    makasih udah baca ya :)

    @niakkurnia: Hahaha, bisa aja :p
    makasih ya :))

    #IHEARTYOUGUYS :))
    thanks for those comments :)

    BalasHapus
  11. haddehhh,,, aq nangis baca nya... kerennn,,,
    :)

    BalasHapus
  12. Nee sudh smpe nngis..
    bgus bgt crit x..

    BalasHapus
  13. @helen: Terima kasih yaa :))

    @rafaelatahugs: Big thanks :))

    #IHEARTYOU :))

    BalasHapus
  14. kerennnn...*terharu gw bacanya* ne cerpen beda dari yang lain..benar2 menyentuh..:D

    BalasHapus
  15. cerpennya bgz bngtttt.....menyentuh bngt,critanya kerenn bngt..:D

    BalasHapus
  16. sukses bikin terharu ceritanya..ahaha
    hampir nangis gw
    keren bgt ceritanya.. :p

    BalasHapus
  17. bacannya nangis .. kaya ada sihirnya .. judulnya oke bikin menarik untuk dibaca .. kalo itu terjadi ama gue .. gue pasti seneng banget ..
    5 jempol buat yang nulis :-)

    BalasHapus
  18. @anonim: makasih banyak yaa :))

    @Liandra: thankies dear :))

    @morgan: haha so this is the real morgan? I hope HAHA :D Makasih yaa udah baca :))

    @anonim: Aw, makasih!! aah jadi terharu :')

    Thanks yaa semua :)) Bikin terharu deh :')
    #IHEARTYOU :))

    BalasHapus
  19. dada gue sakit bacanya..,great job girls!
    dibikin novel aja gimana? hahaa

    BalasHapus
  20. ausairahmatika: Thanks ya :)
    Aw, novel? Hem, akan dipertimbangakan :D
    Thanks for the idea :)

    BalasHapus
  21. Ini the best ever ffs dr smua yg ada.. Gw smpe nangis baca ini !

    BalasHapus
  22. @anonim: Ah, thanks dear :')
    Aku terharu banget bacanya :")

    BalasHapus
  23. klw di jadiin FTV kayaknya bagus tuh...
    pasti keren deh anak2 SM*SH sering main FTV...

    BalasHapus
  24. SUMPAHHH!! kak salut bgt sama ka Esti! bikin tissue di rumah ku abis karna ngelap air mata garagara baca cerita ini. yang pasti intinya SALUT bgt deh sama Ka Pramesti Laksmi!

    BalasHapus
  25. @chiyi: Hahaha, makasih sayang :)

    @smashblast_FC: waduh, di comment juga, dimention juga tadi. Makasih banyak ya :) Makasih respectnya! #IHEARTYOU

    BalasHapus
  26. @nabil: Makasih banyak :*
    Kamu udah baca kan yang ini ya?
    #IHEARTYOU

    BalasHapus
  27. supah krn bgt..
    smpe air mtku ntes...
    sukses sllu buat kmu ...

    BalasHapus
  28. @anonim: Ahhh, thanks banget ya :) Thanks udah baca, thanks udah komen, thanks udah meluangkan waktunya :)

    @anonim: Makasih yaaa :))

    #IHEARTYOU

    BalasHapus
  29. dari semua yang aku baca cuma ini yang buat aku nangis...

    top deh cerpennya :)

    BalasHapus
  30. wah,dah baca berulang2 ga pernah bosen cerita ya keren bt :)

    BalasHapus
  31. sumpah.. kerenz.. banget... cerpennya.... sangking kerenzx smpai" qhue nangis bcx....
    sumpah ceritax persis banget kyk crt cinta sahabat gue....
    pkkx kerenz... banget dech....

    BalasHapus
  32. @Bella Raesky: :') Makasih yaaaaa :")

    @anonim: Makasih banyak yaaaaa :")

    @maharddhika23: Makasih udah baca ya :")

    @Finna: Makasih komen-nya, makasih udah baca :")

    Makasih kalian yg udah komen dan baca :) Bikin aku merinding dan terharu :)
    #IHEARTYOU :")

    BalasHapus
  33. keren bgt
    gw bacanya sampe nangis ga karuan
    gw ykn sma org yg baca ini pasti nangis

    BalasHapus
  34. @hani: Makasih ya udah baca :) Aku bikin ini juga sambil nangis kok ._.V :p

    BalasHapus
  35. lg2 nangis huaaa cerpen2 disini cma pengen bkin ak nangis y =P

    BalasHapus
  36. huaaa... cerpen nhe bwt q nangis . krenz bgt ! n kyknya crpen nhe comment nya yg paling banyak deh , soalnya baguuus bgt... salut deh ama @estipilami :')

    BalasHapus
  37. @anonim: Aku suka membuat cerita dengan sad ending, maaf ya telah menguras air matamu ^^V Tapi makasih udah baca :)

    @Putri fanadicky: Hihi, makasih ya udah baca :) Wah, makasih banget :") Giliran komen kamu yang bikin aku terharu :")

    BalasHapus
  38. aduh sumpah deh aku sempet nangis pas bca nih cerita!pedahal di cerita lain aku biasa aja meskipun akhirannya sad ending jga.mungkin krn aku jga jealous sma seseorang

    BalasHapus
  39. aku udah baca ini berkali-kali, tapi tetep buat hatiku tersentuh. sampe aku nangis. good job kak! waiting forward for another story..

    BalasHapus
  40. @anonim: heeyyy makasih udah baca ya :) Jangan jealous jealous dong ;) #IHEARTYOU

    @anonim: :") This comment made me cry :") Makasih banyak :) Comment kamu jadi bikin aku lebih semangat bikin cerpen :) #IHEARTYOU

    BalasHapus
  41. KERRREEEENNNN!!!!!!cerpen kamu menyentuh hati bangettt

    BalasHapus
  42. KERRRREEEEN KEEREEEN & KERRREEEN bgt!!*lebay
    aku pengen jadi Aliya....

    BalasHapus
  43. bagi yg nulis crpen ini,berbakat bgt jadi penulis,kata katanya bagus,alurnya jalan lancarrr,penulisannya hampir bener semua....ceritanya nyambung,& menyentuh hati bangeeet!salut deh sama yg nulis cerpen ini..

    BalasHapus
  44. gue ngebacanya ampe nangis lhoo :'(

    BalasHapus
  45. @anonim: Thank you, thank you so much :)

    @anonim: Hehe, jadi diri kamu sendiri aja, tapi punya cerita kayak Aliya :p

    @anonim: OMG! Thank you! Thank you bangeeett :') Makasih udah baca dan comment :')

    @anonim: I love sad ending, maaf ya :D Tapi makasih udah baca sama comment :)

    Semuanya makasih ya, padahal ini ceritanya dipost nya udah lamaa banget, tapi masih ada yang respect :') #IHEARTYOU

    BalasHapus
  46. 1. KEREN
    2. LAMA
    3. BIKIN TERHARU

    NB: SAKING PANJANGNYA BACA CERITA INI GUA KE TOILET SAMPE 3 KALI *ngakak

    BalasHapus
  47. kereeeeeeeeeeeeeeeeeeen! nangis bacanya D':

    BalasHapus
  48. @anonim: Haha, makasih ya :D

    @anonim: Makasih banget :)

    BalasHapus
  49. Sumpah ceritanya keren banget, aku nyampe nangis baca.a. Diantara smua crpen dsni cma ini yg bnar-bnar buat aku nangis. Ceritanya menyantuh bangetss :)

    @Dian_Fannadicky

    BalasHapus
  50. @Dian_Fanadicky: Makasih banyak ya :) #IHEARTYOU

    BalasHapus
  51. @Dian_Fanadicky: Makasih banyak ya :) #IHEARTYOU

    BalasHapus
  52. sama-sama ka :)#HEARTYOUBACK

    BalasHapus
  53. BonnieDaniella_Rangganizers6 Oktober 2011 pukul 01.04

    keren banget !
    aku suka banget !
    apalagi karena ada ka Rangga !
    heart him so much !
    haha ..
    good luck !

    BalasHapus
  54. @Dian_Fanadicky: :)

    @BonnieDaniella_Rangganizers: Makasih banget! :)

    BalasHapus
  55. wowwww ;) ceritanya keren banget! gw suka bangett ;) dri 1 blog ini, cmn ni crita yg bikin gw nangis! good! kerennnn *4 thumbs up*

    BalasHapus
  56. Wew keren....
    Gaul nih yg bkin cerita

    BalasHapus
  57. @tifanny yunita: Terima kasih banyak, aku puas kalo kamu suka :")

    @anonim: ah, terima kasih ya :")

    @yunie_care: ahaha aku gaul? Kamu gaul, udah mau menghargai karya orang lain :")

    @Calista: aku pun :") Saat tahu kalo masih ada yang respect :")

    Makasih ya semuanya *kucek-kucek mata yang berbinar-binar* :")

    BalasHapus
  58. NANGIS..
    dalem bgt cerita nya..
    keren,, good job..!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih masih dibaca. Duh :")

      Hapus
  59. sumpaahh !!
    terharu bnget . . . bca ceritanya

    BalasHapus
  60. wahh.... gue smpe nangiz btulan
    good job bwat yg nuliz

    BalasHapus
  61. Haduh... Ini cerita bikin nangis deh, terharu BGT :-P

    -Ashilla Zee

    BalasHapus
  62. kok cerita ini nyindir cerita cinta aku ya -_-

    -Nadya-

    BalasHapus
  63. Ya Allah, sumpah demi apa pun yah, ceritanya keren bangettt! Ceritanya tuh, laen dari yg laen. Aduh, bikin nangis ajah :')':

    BalasHapus

Respect n Comment: