I love My Stepbrother

27 Desember 2010
Dear Diary. Seperti biasa, hari ini ngga ada yang spesial buat aku. Lagi-lagi aku dijauhin sama anak-anak sekelas. Tita juga masih marah sama aku. Dia kenapa sih? Aku udah berusaha buat minta maaf ke dia walau aku ngga tau aku salah apa sama dia. Tapi kenapa dia masih ngga mau maafin aku ya? Biarin lah. Paling lama-lama mereka juga bakal maafin aku kok :) Hm, besok tanggal 15 Januari 2011 mama ultah. Mudah-mudahan aku nemuin kado terindah buat mama :)
•••
“Buka dong mulutnya sayang… Aaaaaakk…” menyodorkan sesendok bubur kepadaku. “Enak kan? Aku sendiri loh yang buat.” Ia memberikan senyuman termanisnya. Akupun hanya tersenyum sayu.
“Kok kamu maksa gitu sih senyumnya? Ayo dong sayang, jangan kuyu gitu. Nanti aku sedih loh?” Akupun tersenyum se-ikhlas mungkin.
“Nah gitu dong. Itu baru Putriku yang paling cantik.” Lagi-lagi dia tersenyum.
“Udah ya, aku kenyang. Aku mau tidur.” Selaku di saat ia memancarkan senyumannya.
“Hah? Kenapa?”
“Udahlah…” potongku.
“Iya deh, yaudah. Istirahat yang banyak ya sayang. I heart you girl.” Ia mengecup keningku dan pergi meninggalkanku di kamar yang pengap ini.
“Hhhhhh, aku ngga suka bau rumah sakit. Cuma sakit biasa aja dilebih-lebihin. Pingin buru-buru pulang. Aku kan udah sehat. Nyebelin amat dokternya.”
“Siapa bilang kamu udah sehat?” suara seseorang dari balik pintu. Akupun menoleh. Ternyata…
“Eh, kak Morgan. Halo.” Sapaku dengan senyum.
“Halo cantik. Kamu kenapa? Muka kamu pucat gitu.”
“Ngga papa kok. Kemarin emang sempet pingsan. Tapi sekarang aku udah ngga papa kok.” Kataku sambil tersenyum. Menunjukkan gigi putihku.
“Hahaha, iya-iya. Aku percaya sama kamu, cantik.”
“Kak… Kalo aku pulang sekarang boleh gak ya? Aku gak mau bikin mama khawatir.” Tanyaku dengan menunjukkan tampang paling innocent.
“Hm, kakak tanyain ke dokter dulu mau gak?”
“Iya kak, cepetan ya. Aku udah ngga betah.”
Kak Morganpun langsung keluar kamar. Sekitar 10 menit kemudian ia kembali masuk. Ternyata aku boleh pulang. Puji Tuhan. Aku udah ngga betah tinggal lama-lama di rumah sakit. Lagi pula, kalau aku tinggal lama-lama yang membayar biayanya siapa? Tabunganku hanya cukup untuk membayar uang sekolah dan uang saku. Sedangkan mamaku hanya terbaring kuyu dirumah. Mama ngga boleh sampe tau keadaanku sekarang!
“Halo mama. Selamat pagi.” Sapaku kepada mamaku.
“Halo sayang. Gimana kemarin nginapnya? Seru ya?” Tanya mamaku dengan wajah kuyunya.
“Seru kok ma. Maaf ya, Vanya tinggal kemarin.”
“Iya, ngga papa kok sayang. Yang penting kamu kan senang. Lagi pula disini kan juga ada tante kamu udah bantuin mama.”
Aku memang sengaja untuk tidak member tahu mama bahwa semalam aku berada dirumah sakit.
“Kamu kenapa sayang? Muka kamu pucat begitu?” Tanya mamaku dengan nada heran.
“Oh, ngga papa kok ma. Cuma ngga enak badan aja. Mama istirahat lagi aja ya? Vanya mau berangkat sekolah. Nanti telat lagi. Daaa mamaa.” Kataku dan kukecup kening mamaku.
Diperjalanan menuju sekolah, sebuah motor ninja merah mendekatiku. Siapa lagi kalau bukan Ilham? Cowok yang sekelas denganku yang selalu ngejar-ngejar aku walau aku nolak dia seribu kali. Padahal, ia pun tau kalau aku udah punya cowok.
“Hey, bareng yuk. Ntar telat lagi.”
“Ngga makasih.” Balasku dengan ketus.
“Kamu kenapa sih?”
“Udahlah, sana pergi aja kamu! Berangkat sendiri juga bisa kan? Lagipula aku punya kaki! Buat apa punya kaki kalo ngga dibuat jalan?” jawabku dengan setengah berteriak. Akhirnya diapun hanya diam dan kembali melanjutkan perjalanannya.
“Untung aja…”
Tiba-tiba. Kepalaku terasa sakit lagi. Aku lupa minum obat yang dokter udah kasih ke aku! Aku langsung mencari obat yang sudah aku siapkan di tasku dan mengambil air mineral yang juga aku siapkan. Sambil duduk di trotoar pinggir jalan, sekitar 5 menit kemudian kepalaku sudah agak membaik. Aku berlari kecil karena takut terlambat. Pada saat sampai di sekolah, ternyata gerbang sudah ditutup dan sudah sepi.
“Aduh, mati aku telat!”
“Eh, non Vanya. Telat ya non?” sapa seseorang lelaki.
“Eh, iya pak. Tolong dong bukakan gerbangnya. Sekali ini saja ya? Yayaya?”
“Iya deh non, buat non yang cantik…”
“Makasih ya pak bantuannya.”
Aku pun berlari menuju kelasku. Kebetulan kelasku jauh dengan kantor guru. Mudah-mudahan saja tidak ketahuan kalau aku terlambat. Untungnyapun jam pertama itu pelajaran Bahasa Inggris. Gurunya masih muda. Baik pula. Mudah-mudahan ia bisa mengerti.
“Pagi, bu…”
“Pagi, siapa itu?”
“Vanya bu. Maaf saya terlambat. Tadi ada halangan.”
“Yasudah, untung saja pelajaran belum dimulai. Duduk saja disebelah Ilham.”
“Makasih bu…”
Aku mencari tempat kosong. Tempat yang biasanya aku duduki ternyata sudah dipakai oleh Tita dan Diva. Ah biarlah. Dengan terpaksa, aku duduk disebelah Ilham.
“Aku bilang juga apa, telat kan. Kamu sih…” bisik Ilham kepadaku.
Aku hanya diam dan memperhatikan pelajaran. Sampai sepulang sekolah. Aku memutuskan untuk menemui Tita dan Diva lagi. Aku harap mereka bisa memaafkan aku. Karena ini sudah kelima kalinya aku berusaha minta maaf ke mereka.
“Hey, Tita, Diva. Kita bisa ngomong sebentar?” selaku di saat mereka sedang berbincang.
“Maaf ya, kita ngga punya waktu untung ngomong buat seorang PENGGANGGU HUBUNGAN dan ANAK KORUPTOR!” bentak Tita dengan ketus.
Aku hanya diam. Mereka pergi meninggalkanku sendiri di kelas. Hhhhh, gagal sudah usahaku yang kelima ini. Sudahlah! Aku sudah capek mengurus mereka! Biarlah mereka marah.
•••
1 Januari 2011
Dear Diary. Wah kurang 14 hari lagi mama ulang tahun! Aku kasih kado apa ya?
Oh iya, kak Morgan kenapa udah ngga ada kabar lagi? Dia jarang jemput aku kaya dulu lagi. Hhh, kangen deh. Tapi… biarin lah! Aku juga kangen main bareng sama Tita dan Diva. Kapan ya bisa main bareng lagi? Oh iya, aku udah bosen nih pacaran sama Dicky. Dia terlalu protective. Kayanya aku udah ngga sayang lagi deh sama dia.
 
•••
“Sayang, makan yuk? Aku laper nih.” Tanya Dicky kepadaku.
“Yaudah, aku juga.” Jawabku dengan santai.
Kami memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran di Mangga dua. Menurutku, tempat ini agak romantis. Yaah, lumayan lah buat orang pacaran kaya gini. Tapi…
“Dick… aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Selaku pada saat kami sedang makan.
“Iya, kenapa sayang?”
Aku diam sejenak. Ia hanya memandangiku. Sebenarnya aku ngga tega buat ngelakuin ini. Tapi aku juga tambah ngga tega kalau dia terhianati oleh aku.
“Aku pingin putus.” Kataku to the point.
“Hah? Kenapa? Aku ada salah ya sama kamu?” tanyanya dengan terburu-buru.
“Enggak kok, aku pingin putus aja. Kamu ngga salah apa-apa.”
Ia hanya diam. Tiba-tiba ia mengeluarkan secarik uang seratus ribu dan menaruhnya di meja. Setelah itu ia pergi.
“Dicky! Kamu mau kemana?”
“Maaf, aku pingin sendiri.” Sebelum aku mengatakan sesuatu, ia sudah pergi meninggalkanku di restoran ini. Aku kembali duduk dan diam.
5 hari kemudian. Disore hari pada saat aku sedang pergi ke sebuah mall. Seperti biasa, membaca buku di toko buku. Lumayanlah, gratis. Hehehe.
“Hm, baca yang mana ya? Denger-denger buku SMASH! bagus. dimana ya? Hm, mungkin disitu.”
Aku berjalan menuju counter novel-novel. Akupun mulai mencari buku itu.
“Nah, itu…”
Pada saat aku mengulurkan tangan dan ingin mengambil buku itu. Seseorang telah mengambilnya terlebih dahulu. Ia memandangku. Akupun memandangnya.
“Vanya?” Tanya cowok itu.
“Kak Morgan?” tanyaku dengan gembira. Aku langsung memeluknya. Bagaikan teddy bear dirumah yang pernah diberikan oleh Rafael mantan aku waktu SMP dulu.
“Kakak ngapain disini?” tanyaku.
“Ya mau cari buku. Hahaha. Kamu ngapain disini?”
“Mau baca buku kak. Yaampun, gak nyangka ketemu kakak disini. Kakak kenapa udah lama ngga ada kabar?”
“Maaf ya, kakak sibuk kuliah. Ngurusin skripsi ngga selesai-selesai.”
“Cieeeh, yang sekarang anak kuliahan.”
“Ah, apasih kamu. Besok kamu kan juga kuliah.” Jawabnya dengan senyum. Entah kenapa sejak dulu sampai sekarang hatiku selalu cenat-cenut kalau melihatnya tersenyum.
Ternyata setelah kita berbincang-bincang sebentar, ia mengajakku untuk makan siang di food court. Akupun menerima tawarannya.
Pada saat makan, kami bercanda dan tertawa bersama. Tanpa sadar ternyata aku juga bisa tertawa lepas seperti ini. Sudah beberapa hari ini aku jarang tertawa. Dan kak Morganlah yang bisa membuatku tertawa.
Aku dan kak Morgan dekat sejak kejadian itu. Pada saat aku menikmati udara malam yang dingin di pinggir jalan. Tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit. Badanku ngilu. Aku tak kuat berdiri dan akhirnya aku jatuh pingsan. Sepengetahuanku, kak Morganlah yang membawaku ke rumah sakit. Entah darimana datangnya. Ia bagaikan pangeran yang datang menolong seorang putri yang tertidur. Sejak itulah aku dan kak Morgan menjadi dekat. Kak Morgan juga salah satu personil boy band SM*SH yang karirnya sedang melunjak itu. Walaupun kak Morgan adalah seorang artis dan model. Bagiku, ia adalah pria yang luar biasa.
Ia memang belum mengetahui penyakitku. Kemarin, saat aku diperiksa oleh dokter. Dokter menyatakan bahwa aku menderita Kanker Otak dan itu sudah parah. Aku tau hidupku sudah tidak lama lagi. Sebetulnya aku merasa kasihan kepada mamaku. Ia hanya seorang diri mengasuhku sejak papa dikenakan hukuman penjara karena terbukti korupsi. Sungguh memalukan. Dan Kak Morgan juga tidak mengetahui ini.
“Vanya, pulang yuk. Udah malem nih.”
“Yuk, aku juga capek.”
Akupun diantarnya pulang kerumahku. Ia mengucapkan selamat tinggal dan pergi dengan mobilnya.
Sebenarnya aku malu dengan keadaanku sekarang. Aku adalah anak dari seorang koruptor. Aku malu jika teman-temanku mengetahuinya. Apalagi jika Kak Morgan mengetahuinya.
•••
Hari demi hari aku lewati. Ternyata penyakitku ini ngga terasa jika Kak Morgan selalu ada di samping aku. Dan… 2 hari lagi mama ulang tahun.
Tapi suatu saat ketika kami sedang bercanda ria dirumah Kak Morgan, kepalaku kembali pusing dan pandanganku kabur. Saat itu Kak Morgan sedang mengambilkanku minum, jeruk hangat kesukaanku. Tapi, sebelum kak Morgan kembali aku tak kuat menahan beban ini. Aku terjatuh dan tak sadarkan diri. Saat aku sadar, ternyata aku sudah berada di ruangan terang benderang.
“Emh… Dimana aku?” tanyaku lirih.
“Vanya? Kak Morgan! Semuanya! Vanya udah sadar kak!” jerit seseorang. Terasa bising sekali bagiku suara itu.
“Vanya? Kamu udah sadar?”
“Kak morgan? Benar ini kak Morgan? Tita? Diva?” tanyaku lirih
“Iya Vanya.” Jawab mereka serentak.
“Vanya, maafin kita ya.” Kata Tita.
“Iya, aku sudah dari dulu memaafkan kalian.” Kataku. Tita dan Diva memelukku dengan erat.
“Kalian? Dicky? Ilham? Rafael? Ngapain kalian disini? Kalian personil SM*SH?” kataku kepada beberapa cowok di samping tempat tidur.
“Iya…” jawab mereka serentak.
Tanpa disangka-sangka. Dunia ini begitu sempit. Dua pria yang dulu pernah mempunyai hubungan khusus ternyata ada disini. dan mereka juga satu kelompok.
“Vanya, kamu tau? Sudah lima hari kamu belum sadar!”
“Lima hari? Jadi, tanggal berapa sekarang kak?”
“Delapan belas. Kenapa?”
“Mama? Mama mana? Tiga hari yang lalu mama ulang tahun! Aku ingin bertemu mama!”
“Mama kamu…” jawab Tita dengan lirih.
“Mama aku kenapa Tit? Kenapa???” tanyaku menyela kata-kata Tita.
“Mama kamu udah meninggal Van. Pada hari ulang tahunnya.” Jawabnya lirih.
Aku terkejut. Aku ngga bisa percaya kalau mama meninggal pada hari ulang tahunnya. Padahal aku belum kasih mama hadiah. Aku juga melewatkannya. Kemana saja aku pada saat mama sakit keras? Kemana saja aku pada saat mama pergi? Kenapa aku harus terkena penyakit ini? Kenapa?
“Aku mau bertemu mama! Mama mana? Mama ngga mungkin ninggalin aku! Mama mana!?” jeritku. Aku menangis. Kepalaku terasa sangat sakit. Hatikupun juga.
“Vanya… vanya, tenang. Vanya. Dengar aku!”
Aku diam perlahan-lahan. Kepalaku sakit sekali. Aku menatap langit-langit kamar itu.
“Vanya, mama kamu udah ngga ada. Tenang Vanya. Tenang!”
Aku memang diam. Tapi bukan karena kata-kata kak Morgan. Melainkan kepalaku yang begitu sakit! Aku sangat merasakannya. Rasanya ingin meledak! Aku hanya sempat berteriak…
“Aaaaaakkkkhhh!!!” jeritku sebelum aku sempat tak sadarkan diri.
Masih terdengar samar-samar suara seseorang memanggil namaku.
•••
Sedikit demi sedikit, aku membuka mataku. Berat sekali rasanya. Entah berapa lama aku tertidur. Pada saat aku bangun. Aku sangat merasa sehat. Entah kenapa, aku bermimpi mama ku mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Aku percaya mimpiku itu. Disampingku, seorang pria tertidur lelap. Aku berusaha untuk duduk. Kubangunkan pria itu yang ternyata Kak Morgan.
“Vanya?”  terdengar suara seseorang. Ternyata kak Morgan.
“Vanya? Kamu sudah sadar kembali?”
Aku hanya bisa memandangnya. Aku berusaha untuk tersenyum. Dan alhasil, senyum yang menurutku sangat jelek telah berhasil aku berikan.
“Ya Tuhan. Terima kasih. Aku ngga nyangka kamu sadar lagi.”
“Dimana semuanya?” tanyaku.
“Pulang, sekarang jam satu pagi. Mereka beristirahat.”
“Lalu, kenapa kamu ngga ikut kak?”
“Kakak mau jagain kamu.” Jawabnya sambil tersenyum.
Dua hari telah berlalu. Aku merasa lebih baik. Suatu malam, Kak Morgan mengajakku ke suatu tempat. Ia sudah meminta izin kepada dokter untuk mengizinkan aku berjalan-jalan sebentar dengannya.
Malam itu sangat dingin. Aku memakai jaket hitam yang ia berikan kepadaku. Ia mengajakku ke puncak gunung.
“Kak, ngapain kesini?”
“Udah, kamu diem aja. Sekarang tutup mata kamu.”
Aku menutup mataku, entah ia mengajakku kemana. Ia hanya menggandengku.
“Buka matamu.”
Ketika kubuka, sebuah tempat yang sangat indahnya ada didepan mata. Dua buah kursi cantik sudah tersedia di samping meja kayu yang cantik. Tempat itu dihiasi mawar merah, putih dan merah muda. Tiba-tiba ia menyanyikan sebuah lagu kesukaanku. Hyde – Evergreen.
This scenery is evergreen
As buds turn into leaves
The colors live and breathe
This scenery is evergreen
Your tears are falling silently

So full of joy you are a child of spring
With a beauty that is pure
An innocence endures..

You flow right through me like a medicine
Bringing quiet to my soul
Without you I'm not whole

This scenery is evergreen
I need you far too much
I long to feel your touch
This scenery is evergreen
You've always been so dear to me
“I love you Vanya. Aku sayang banget sama kamu. Aku ngga mau kamu pergi dari aku. Aku ingin kita selamanya bersama.”
Kata-kata itu ia lontarkan kepadaku setelah ia menyanyikan sepotong dari lagu Evergreen. Aku hanya bisa tersenyum dan menjawab “Iya”.
•••
Lima hari berlalu sejak aku resmi jadian dengan Kak Morgan. Ia mengajakku ke sebuah restoran di pinggir jalan. Yah, sekedar ber basa-basi.
“Say, nama orang tua kamu siapa sih?” tanyanya.
“Em, kalo mama tuh Mathilda Ninik. Kalau papa itu… Yoel Hendrianto.” Aku memang sudah berani bercerita kepadanya karena ia janji akan menerimaku apa adanya. Tapi, ketika kusebutkan nama ayahku. Iya terkejut.
“Yoel? Yoel Hendrianto? Kamu serius?”
“Iyalah, serius. Memang kenapa sayang?”
“Em, ngga papa kok.”
Sejak topik itulah ia menjadi agak diam. Pada saat ia mengantarku pulang ia hanya mengucapkan selamat tinggal dan pergi. Tidak seperti biasanya.
Suatu saat, ia mengajakku pergi kembali. Ia menyuruhku memakai gaun. Aku turuti saja. Ternyata ia mengantarku ketempat dimana ia menembakku. Sebenarnya hari itu aku merasa kurang sehat. Tapi aku paksakan untuk datang.
Pada saat kami sedang duduk berdua.
“Sayang, boleh gak aku minta kamu nyanyiin lagu Evergreen lagi buat aku?”
Ia hanya tersenyum. Setelah itu ia menggenggam tanganku.
“Aku juga minta pelukanmu yah?”
Ia kembali tersenyum. Ia memelukku dengan erat. Saat ia memelukku dan menyanyikan lagu itu. Aku merasa kepalaku begitu sakit. Aku meringis kesakitan. Aku tak kuat menahannya. Akupun lemas.
“Vanya, kamu kenapa?” Morgan berbisik. Morgan merasa ada yang aneh. Iya menaruh jarinya di hidungku. Tak ada nafas. Iya berteriak. Iya menyebut namaku. Ia mengguncang tubuhku yang sudah lemas itu.
“Vanya, aku belum sempat bilang. Ternyata kita ini saudara. Ayahmu adalah ayahku. Kita saudara tiri. Vanya… Bangun! Kamu harus tau ini!” air mata menetes di pipi putihnya.
Yah, pada saat itulah. Aku memang belum mengetahui jika ayahnya juga ayahku. Aku merasakan dari kejauhan. Ia mengecup keningku. Yah. Pada tanggal 27 Januari 2011. Aku meninggal dunia di pelukan seorang Handi Morgan Winata yang ternyata kakak tiriku. Aku sayang padanya. Aku sangat mencintainya. Tapi, mungkin memang sudah jalan dari Tuhan. Seorang Morgan. Kekasih dan juga kakak tiri. I love you my stepbrother.

26 komentar:

  1. Ini kok identitas saya tidak ada? :O
    Zhavanya Meidi Hendranata
    @zhavanyameidi
    SMP Pangudi Luhur 1
    Yogyakarta

    BalasHapus
  2. ini temenya tita kan ? yg pernah buat cerita juga disini .

    BalasHapus
  3. keren :) tapi kok "dia" jadi "iya" ??

    BalasHapus
  4. kok tanggal meninggalnya waktu aku ultah sih ....

    BalasHapus
  5. Rara Morgan Winata17 April 2011 pukul 08.30

    Wow!!! Ini crita yg terBEST OF THE BEST!

    BalasHapus
  6. Rara Morgan Winata17 April 2011 pukul 08.34

    Tapi kenapa ambil my LuPh Morgan!

    BalasHapus
  7. MY BOYFRIEND,,, MY STEPBROTHER. sumpaah bikin sediiih!

    BalasHapus
  8. meninggal nya Mamanya Vanya kayak tgl ultah cowok ku, dan tanggal meninggalnya Vanya tanggal lahir ku, tuh, hahaaaaa...

    BalasHapus
  9. makasih yang buat ceritanya bawa tgl ultah aku 15 januari :)

    BalasHapus
  10. @AnggiAnggarita5 Mei 2011 pukul 05.14

    ceritanya bagus banget. sedih :( suka banget sama cerita ini. yang bikin hebat bangt (y) salut

    BalasHapus
  11. keren terharu abis :')

    BalasHapus
  12. ya ampun..
    sangat" mengharukan bgtz cerita,ny ..

    pkok,ny aq acungin jempol bwt cerita yg satu ini ...:)

    BalasHapus
  13. krn bkn terharu... jdi pengen nagis deh...

    BalasHapus
  14. vanya ini yg menang singing competition nya kartu as bukan ?? Yg pas tour heart di jogja??pas tour heart di jogja??

    BalasHapus
  15. umhhh
    mengharukan,
    ...........
    kax dicky kcian, d'ptusin

    *kevisafanadicky

    BalasHapus
  16. Duhhh...Ceritanya bikin nangiss ...
    Tapi jempolan banget...
    Tanggal meninggalnya Vanya hampir kaya ultah temenku sama sepupuku. temenku beda 3 hr kl sepupuku beda 6 hr

    BalasHapus
  17. wooow!
    bagus bgt ceritanya!!

    BalasHapus
  18. SMASH_BLAST FANADICKY27 November 2011 pukul 03.50

    yach!koq manggil sayang dicky nya?
    *JEALOUS*

    BalasHapus
  19. CRITNAY SNGGH2 MRIS BGT SDIH BKIN NGS !!

    BalasHapus
  20. Makasih ya semuanya yg udah kasih komentar :)) maaf kalo ada beberapa tanggal di cerita ini yg sama kaya tanggal lahir kalian. Ini cuma fiksi kok, kesalahan kata mohon dimaklumi ya :)
    Oh ya buat yg tanya, iya saya memang Vanya yg menang Singing Contest TourHeart 2 di Jogja.
    Sekali lagi makasih ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sama-sama kak...
      ceritanya ngajak nangis deh...
      tapi seru, aku suka cerita nya.. boleh ya kalo ikut nangis... T_T hiks hiks...
      the best ... buat ka zhavanyameidi...
      salam kenal.. wina SB Tangerang...

      Hapus
  21. *sediih... :'(
    cerita ny bagus,, good job!! :)

    BalasHapus
  22. untung aja meninggalnya g wkt aq ultah.hehe,sedih niii bacanya :'(

    ^_^ Nadya ^_^

    BalasHapus

Respect n Comment: